1.
Akuntansi disebut Al-Muhasabah dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata Masdar hassaba-yuhasbu, artinya menghitung atau mengukur. Al-Muhasabah memiliki berbagai asal usul yaitu Ahsaba yang berarti “penjaga” atau “berusaha memperoleh” juga berasal dari Ihtiasaba yang berarti “mengharapkan imbalan di masa depan dengan memperoleh kitab dari Allah” juga berarti “menjaga setelah”. atau “Bertanggung jawab”. Jika kata muhasabah dihubungkan dengan ihtisab dan citranya dikaitkan dengan pencatatan, maka itu berarti bahwa perbuatan seseorang tetap sampai di akhirat dan melalui timbangan (miza) sebagai alat pengukur dan Tuhan sebagai pencatatnya.
Akuntansi syariah adalah proses transaksi akuntansi yang telah sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Informasi yang disajikan syariah kepada pengguna laporan yang lebih luas tidak hanya informasi keuangan, tetapi juga mencakup kegiatan bisnis di bawah hukum Syariah yang memiliki tujuan sosial yang tak terelakkan dalam Islam, akuntansi syariah mendukung fungsi akuntansi yang harus dilakukan dalam syariah.
1. Dasar
Hukum Akuntansi Syariah
Dasar hukum akuntansi syariah bersumber dari Al Qur'an, Sunnah Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (kemiripan peristiwa tertentu) dan Uruf (kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan syariah Islam. Aturan akuntansi syariah memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan aturan akuntansi konvensional aturan akuntansi syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat Islam dan termasuk ilmuwan sosial yang berfungsi sebagai pejabat di mana akuntansi diterapkan.
1. Perbedaan
Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional
Akuntansi syariah dan akuntansi konvensional merupakan sifat akuntansi yang diakui secara luas oleh dunia keuangan. Keduanya terkait erat dengan masalah keuangan dan informasi keuangan perusahaan atau sejenisnya.
No |
Kriteria |
Akuntansi Syariah |
Akuntansi Konvensional |
1 |
Dasar Hukum |
Bersumber dari Al Quran dan sunnah |
Hukum bisnis modern |
2 |
Dasar Tindakan |
Keberadaan hukum Allah (keagamaan) |
Rasionalisme ekonomis (sekuler) |
2 |
Tujuan |
Keuntungan yang wajar |
Memaksimalkan keuntungan |
3 |
Orientasi |
Kemasyarakatan |
Individual atau kepada pemilik |
4 |
Tahap Operasional |
Dibatasi dan tunduk ketentuan syariah |
Tidak dibatasi |
Prinsip-prinsip akuntansi syariah
Nilai-nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu menjadi nilai-nilai internal sistem akuntansi syariah. Secara alami, ketiga nilai ini menjadi prinsip dasar umum dalam praktik akuntansi syariah.
- Prinsip Pertanggungjawaban (Accountability)
Prinsip tanggung jawab adalah konsep yang terkenal di komunitas Muslim. Tanggung jawab selalu dikaitkan dengan konsep kepercayaan. Bagi umat Islam, subjek iman adalah hasil transaksi manusia dengan Pencipta rahim. Manusia dibebani oleh Allah SWT. Memenuhi tugas khilafah di muka bumi. Hakikat khilafah adalah pelaksanaan atau pemenuhan suatu amanat. Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan proses tanggung jawab manusia sebagai agen iman Tuhan di muka bumi. Dalam bisnis dan akuntansi, orang-orang yang terlibat dalam bisnis harus selalu mempertanggungjawabkan apa yang diotorisasi dan dilakukan kepada pihak-pihak terkait.
- Prinsip Keadilan
Menurut penafsiran Al-Qur'an Surah Al-Baqarah; 282 memuat asas keadilan, yang merupakan nilai penting dalam etika sosial dan ekonomi serta nilai intrinsik fitrah manusia. Ini berarti bahwa manusia pada dasarnya memiliki kemampuan dan energi untuk menjadi saleh di semua bidang kehidupan mereka. Berkaitan dengan pembukuan, penegasan perusahaan yang adil terhadap perkataan surat Al-Baqarah ayat 282 harus dicatat dengan baik. Misalnya, jika nilai transaksinya adalah Rp. 265 juta, maka akuntan (perusahaan) harus membukukan jumlah yang sama dan sesuai nominal transaksi. Sederhananya, ini dapat berarti bahwa setiap transaksi tidak memiliki etalase di akun perusahaan.
- Prinsip Kebenaran
Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari asas keadilan. Misalnya, dalam akuntansi kita selalu menghadapi masalah pendekatan, evaluasi laporan. Tindakan ini bekerja dengan baik jika didasarkan pada nilai boolean. Kebenaran ini mampu menciptakan nilai keadilan dalam mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan transaksi dalam bisnis. Oleh karena itu, dalam perkembangan akuntansi syariah, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus menjadi konkrit dalam praktik akuntansi. Secara umum dapat dijelaskan bagaimana nilai-nilai yang benar mencirikan perhitungan syariah.
Referensi